Monday, December 26, 2011

6 Kiat Membangun Tim Bisnis ala “Garuda Di Dadaku 2″

Melanjutkan kesuksesan film pertamanya, Garuda Di Dadaku 2 ini film bagus dari keseluruhan aspek; cerita oleh Salman Aristo, penyutradaraan Rudi Soedjarwo, acting, gambar, editing, dan lain-lain. Untuk Anda yang
belum nonton, silakan nonton segera. Yang tidak nonton, saya jamin akan menyesal… hehe.

Seperti biasa, saya tidak akan buat resensi filmnya. Saya hanya ingin petik pesan-pesan berharga dari film ini yang bisa kita terapkan dalam membangun tim bisnis kita.

Sebenarnya memang mirip sekali kiat-kiat membangun tim bisnis dengan tim olahraga.

1. Pilih coach yang terbaik
Di awal film, pengurus PSSI mengganti pelatih timnas U-15 dengan pelatih baru. Tampaknya ini salah satu langkah yang benar yang diambil pengurus dalam film ini, terlepas dari isu bahwa pengurus tidak cocok dengan si pelatih lama karena sering menentang kemauan pengurus. Karena coach yang baik, yang tahu bagaimana mengeluarkan seluruh potensi tim, dan membawa tim sesuai dengan visi yang diinginkan, adalah syarat mutlak sebuah tim untuk menjadi yang terbaik.

A leader is one who knows the way, goes the way and shows the way. -Unknown


2. Pilih hanya anggota tim yang benar-benar ingin berjuang bersama
Sang pelatih yang baru, Pak Wisnu, menerapkan bahwa kesuksesan diraih dengan kerja keras, dedikasi dan disiplin tinggi. Dia menseleksi anggota tim dengan seleksi fisik dan mental yang keras.
Yang punya mental tempe dan setengah hati, dipersilahkan atau dipaksa mundur dari tim. Karena anggota tim yang seperti itu hanya akan mengganggu bahkan merusak kinerja dan ritme kerja tim.

Coming together is a beginning. Keeping together is progress.Working together is success. –Henry Ford

3. Tempatkan anggota tim di posisi yang sesuai dengan kekuatannya
Dalam film ini diceritakan, beberapa kali formasi pemain diubah, sampai akhirnya ditemukan formasi the winning team.
Untuk bisa efektif melakukan ini, sang coach harus kenal dan tahu betul kelebihan dan kekuatan setiap anggota timnya.

Finding good players is easy. Getting them to play as a team is another story. -Casey Stengel

4. Jangan bawa masalah pribadi ke dalam tim
Digambarkan Bayu, tokoh utama dalam film ini, menghadapi banyak konflik dan masalah dalam kehidupan kesehariannya, sehingga mengganggu kinerjanya dalam tim. Kerenggangan hubungan dengan ibunya karena waktu dan perhatian sang ibu lebih banyak tersita kepada teman dekat dalam bisnis barunya, masalah dengan tugas dan pelajaran sekolah, konflik dengan Heri, sahabat dekatnya, dan lain-lain. Kesemuanya membuat Bayu menjadi tertekan dan mempengaruhi permainannya.
Memang wajar sebagai remaja usia 15 tahun, masih labil dalam kepribadian dan pengelolaan emosi. Tapi dari sini Bayu belajar bagaimana mensikapi semua masalahnya dan mana yang seharusnya diprioritaskan.

The difficulties of life are intended to make us better, not bitter. -Unknown.

5. Tidak ada tempat bagi si Egois dalam tim
Kehadiran bintang baru dalam tim, Yusuf, membuat Bayu merasa cemburu dan tersaingi. Dalam pertandingan penentuan ke final, Bayu berusaha mencari perhatian dan membuktikan bahwa dirinya adalah seorang bintang, dengan bermain egois dan berusaha mencetak gol sendiri. Akibatnya fatal, aksinya membahayakan tim dan pelatih mencabut jabatan kaptennya.

One man can be a crucial ingredient on a team, but one man cannot make a team. 
-Kareem Abdul-Jabbar
.

6. Kepentingan tim diatas kepentingan pribadi
Bayu sempat kecewa berat dengan pencabutan jabatan kaptennya. Sempat tidak ikut latihan akhir, dan bahkan berniat hengkang dari tim. Tapi akhirnya menyadari bahwa kepentingan tim di atas segalanya. Bayu muncul menghadap pelatih sebelum final dilangsungkan.

“Menjadi kapten tidak penting, tapi ini yang penting (sambil menunjuk lambang Garuda di dada)”. -Bayu

sumber:http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/12/26/6-kiat-membangun-tim-bisnis-ala-garuda-di-dadaku-2/