Infeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV) seringkali tidak disadari sebelum pengidapnya melakukan tes
darah. Namun ada beberapa gejala khas yang mencirikan infeksi tersebut, antara lain diare kronis, sariawan dan berat badan turun.Dalam banyak kasus, infeksi HIV baru diketahui ketika sudah muncul infeksi penyerta atau oportunistik. Infeksi oportunistik yang sering dialami pengidap HIV antara lain Tuberculosisi (TBC) paru, TBC ekstra pulmonari, pneumonia dan candidiasis oral atau sariawan.
Namun sebelum berbagai infeksi penyerta itu mucnul, dokter sudah bisa mencurigai seorang pasien mengidap HIV jika menunjukkan beberapa gejala yang paling khas. Gejala paling khas tersebut adalah diare kronis, sariawan dan berat badan turun drastis.
"Kalau ada pasien datang dengan semua gejala itu, dokter bisa curiga pasien tersebut adalah pengidap HIV," kata Dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP dari Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dalam jumpa pers di Restoran Munik Matraman, Kamis
Meski boleh curiga, dokter tetap tidak boleh memberikan perlakuan diskriminatif terhadap pasien tersebut. Perlakuan diskriminatif terhadap pasien HIV biasanya terjadi karena kurangnya wawasan para dokter atau tenaga kesehatan tentang virus tersebut.
Ketika mendapati pasien yang dicurigai HIV positif, Dr Ari hanya prihatin karena jika sampai menunjukkan gejala maka infeksi tersebut pasti sudah berlangsung lama dan mungkin tidak ketahuan. Padahal jika terdeteksi sejak dini, pengobatannya tentu akan lebih mudah.
Dalam jumpa pers tersebut, Dr Ari juga mengumumkan bahwa saat ini PAPDI telah menyusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) HIV/AIDS. Pedoman yang akan segera diresmikan dan ditandatangani oleh Menteri Kesehatan itu berisi 72 rekomendasi terkait diagnosis, deteksi dini, pencegahan dan pengobatan infeksi HIV.